Rabu, 26 Juni 2013

Pause!: Sastra, Potret Masyarakat dan Rumah Kertas


.:Sebuah Pers Release acara bedah buku, Komnitas Rumah Kertas. Terbit di Kabar Cirebon. tanggalnya lupa. heee


sastra barangkali serupa tombol pause yang bisa kita tekan ketika adegan kehidupan begitu rumit namun menuntut untuk kita pahami.

Barangkali, kehidupan masyarakat memang ‘gaib’ dan penuh kejutan: Penggusuran, demonstrasi, pengeboman, Pilkada, tawuran, pengrusakan, pembantaian, dan lainnya silih berganti menjadi tajuk media. Kabar baik dan buruk tumpang-tindih, mencipta alur yang rumit dan kacau, liar dan sukar dipahami. Juga seperti kata seorang pakar, masyarakat serupa kumpulan noktah yang sulit dimengerti. Mereka hadir dengan ragam masalah yang tak beraturan, anti klimaks, irasional dan kadang lebih absurd dari cerita fiksi manapun.

Lantas, bagaimana mengais hikmah dari berbagai fenomena masyarakat yang kadang banal dan penuh kejutan itu?

Karenanya, dalam setiap keriuhan, mesti ada sunyi agar ia terpahami. Inilah yang oleh Prie G.S disebut perenungan yang mendesak. Prie seolah meyakini bahwa silang sengkarut permasalahan masyarakat, setidaknya bisa diminimalisir jika kita memiliki satu ‘ruang’ yang intim untuk memaknai dan merenungkan segala peristiwa yang terjadi. Entah kita mesti setuju atau tidak, namun pada dasarnya, setiap fenomena masyarakat, mau tidak mau, akan menuntut sebuah pemaknaan. Pada koordinat inilah, sastra menemukan eksistensinya sebagai sebuah teks yang menawarkan ruang-ruang sunyi, sebagai tempat untuk merefleksikan, mengendapkan, memotret, dan memaknai segala fenomena masyarakat yang terjadi dan luput dari teks-teks lainnya. Oleh karena itu, apresiasi terhadap karya sastra menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Atas kesadaran tersebut, Komunitas Rumah Kertas, yang merupakan sebuah dunia alternatif dan tempat pengembangan kreatifitas anak-anak muda, akan mengadakan apresiasi karya sastra berupa launching buku antologi puisi Sakrotul Cinta karya Kyai Matdon (Majelis Sastra Bandung) dan buku antologi cerpen Istri Tanpa Cerulit karya Bode Riswandi (Tasikmalaya). Acara yang akan digelar pada hari Kamis, 27 September 2012 dengan mengusung tema Potret Masyarakat dalam cerpen dan Puisi itu merupakan sebentuk ikhtiar guna menghadirkan ruang-ruang perenungan yang hilang, serta rasa optimis untuk menawarkan pemaknaan atas teks sastra (puisi dan cerpen) yang merupakan potret dari kehidupan masyarakat. Hasil telaah dan pemaknaan yang menarik akan mungkin bisa kita dapatkan dari tiga ‘pembedah’ yang akan hadir pada acara yang digelar di Aula Grawidiya Husaba, kampus I Unswagati Cirebon. Mereka adalah Jimat Susilo, S.Pd., M.Pd., Bunyamin Faisal, S.S., M.P.d., (keduanya Dosen Sastra Unswagati), dan Fathan Mubarak (Pegiat Komunitas Rumah Kertas).

Dan sulit dipungkiri, bahwa sastra barangkali serupa tombol pause yang bisa kita tekan ketika adegan kehidupan begitu rumit namun menuntut untuk kita pahami. Sehingga, itu semua seolah memaksa kita untuk mengulangi apa yang sudah di katakana oleh Habibie, bahwa memang, kita masih bisa hidup tanpa ilmu pengetahuan, namun tidak tanpa sastra. Karena bagaimanapun, dalam segala kekacauan, silang-sengkarut, dan riuhnya realitas, selalu ada yang mesti direnungkan. Barangkali, kita akan selalu membutuhkan tombol Pause dalam hidup ini; tekan! Renungkanlah! Sebelum semuanya berlalu dan kita pun lupa.

1 komentar: